Malang, adalah sebuah kabupaten tempat saya dilahirkan. Benar, saya asli bertinggal di Malang Selatan. Di Gondanglegi, yaitu sebuah desa yang banyak ditanam tebu, padi dan jagung. Berada di ketinggian 385 mdpl, membuat temperatur udara pada kisaran 20-260 C, terutama saat bulan Mei- Juni seperti saat ini. Lalu, ada yang mungkin menanya, apa yang membuat Malang menjadi penuh pesona? . Tentu jawaban yang muncul dapat beragam. Ada yang menjawab, Malang adalah kota dingin, sehingga segala macam bakso terasa sangat paling enak. Belum lagi, tentang destinasi wisata Malang yang indah-indah. Mulai dari gugusan pantai dengan panorama ala-ala Bali, kemudian air terjun serupa Niagara, serta keindahan alam pegunungan yang tergabung dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Saya dapat memastikan, bahwa Malang memang menawarkan banyak keindahan, yang akan memikat siapa saja yang datang. Salah satu buktinya, saya mengutip artikel yang ditulis oleh Guru Besar ITS Surabaya, Prof Imam Robandi yang beberapa hari lalu sempat bersinggah ke Gubugklakah.
KISAH BTS DAN DUREN PRONOJIWO
Saya baru saja pulang mengunjungi Lereng Mt. Semeru di GubugKlakah (1289 mdpl). Minggu lalu saya merasakan udara sejuk Nepal van Java di Lereng Mt. Sumbing (1700 mdpl), yang diteruskan untuk menikmati sate Bu Heru di Selo, Lereng Mt. Merapi Merabu (1561 mdpl). Udara sejuk dan tentu saja indah adalah salah satu kenikmatan alam Indonesia yang harus dapat kita rasakan. Mungkin Indonesia yang selalu dianggap negeri yang sepanjang tahun selalu berudara panas, namun jika kita satu jam ke arah selatan dari Kota Surabaya, maka kita akan menemukan udara sejuk yang sangat meresap di tubuh ‘mak nyes’, sepanjang tahun. Prof Lee saat saya ajak ke Bromo yang saat itu Penanjakan Satu adalah lima derajat C, dan dia hanya mengatakan, ‘saya mengira Indonesia adalah negara yang selalu berpanas-panas ria’, sambil dia menggigil karena hanya memakai kaos oblong. Lee Sensei batuk-batuk ketabrak udara dingin Gunung Bromo, dan dia baru mempercayai bahwa udara di Indonesia adalah sama ‘nggregesnya’ dengan udara di Tottori, Simane, Niigata, dan Kanazawa. Wis ‘pokok-e adem tenan’, mungkin begitu kata Prof Lee dalam hatinya saat itu.
Setelah rapat hari Jum’at kemarin saya langsung dijemput untuk mengisi sebuah acara dan dimampirkan dulu di Lereng Semeru yang udaranya adalah udara kulkas. Jalur Malang, Tumpang, Poncokusumo sampai Jemplang dan berakhir di Bromo Tengger dan Ranupane adalah saya sudah hafal. Itu adalah jalur wisata untuk menikmati keindahan Bromo Semeru yang sangat mempesona, yang ‘seindah-indahnya’. Kawan-kawan saya yang dari luar Indonesia saat datang ke Surabaya selalu meminta diajak ke Bromo Semeru. Kata mereka, keindahan BTS, Bromo Tengger Semeru adalah ichiban. Saya sering ke BTS hanya untuk sekadar ‘ngadem’ dan mengolah ‘roso’ dan juga agar badan dan pikiran tetap segar bugar kembali. Ingin ke BTS via manapun boleh. Via Probolinggo, via Senduro, via Tosari, via Poncokusumo dan semua adalah dijamin indah edi peni. Tamu dari Italy dan Prancis selalu menyebut Montblanc, Nihonjin selalu menyebut 富士山, dan saya selalu memamerkan Bromo Tengger Semeru yang sangat ‘aduhai’. Memang Sabtu kemarin saya sedang bejo. Teh Silvia sedang panen ‘menyok’ yang sangat mempur sedangkan Mas Munali sedang ada satu pohon durian di Pronojiwo yang sudah dapat dipanen. Saya akan membawa kawan-kawan Surabaya untuk melihat dari dekat kelezatan Duren Pronojiwo, tetapi kata Mas Munali bahwa musim duren Pronojiwo tahun ini adalah tidak serempak. Memang duren Pronojiwo adalah lokalan, tetapi rasanya adalah ‘melegenda’, jos tenan. Saya juga dikagetkan, ‘bulan begini’ kok sudah ada duren matang. Memang, Indonesia selalu membuat betah dan bahagia, siapapun presidennya. (IRo Leads, 25 Juni 2023)
Prof Imam, yang telah berulang kali merasakan keindahan BTS, masih saja terpesona saat kembali ke sana. Beliau sudah pernah ‘mencicipi’ aroma pendakian gunung Semeru, menikmati seduhan kopi di Ranu Pani juga Ranu Regulo, saat kabut sangat tebal. Belum lagi menikmati puncak dan batas vegetasi Semeru melalui puncak Bantengan. Inilah yang membuat Bromo selalu menjadi magnet untuk siapa saja yang datang.
BROMO YANG MEMPESONA
Khusus membahas tentang keindahan TNBTS, tentu para pembaca tidak asing dengan destinasi yang satu ini, Bromo. Ya, mount Bromo adalah salah satu ikon wisata terindah di Jawa Timur. Lokasi Bromo ini dapat diakses melalui beberapa kabupaten, yaitu Pasuruan, Probolinggo, Lumajang dan Malang. Jika menuju Bromo melalui Malang, Anda akan merasakan sensasi yang ‘ngangeni’. Jalur ke Bromo lewat desa Tumpang, menyajikan panorama yang benar-benar indah. Di kanan kiri jalur ke Bromo, nampak hijau terhampar tanaman apel, jeruk dan beberapa jenis sayuran, seperti kentang, kol, bawang merah, sawi dan lain-lain. Sensasi lain yang dapat dirasakan dalam perjalanan ke Bromo dari Tumpang ke Gubugklakah, adalah jalur yang menanjak. Agar perjalanan lebih aman dan nyaman, begitu sampai di desa Ngadas, wisatawan disarankan untuk memarkir kendaraan pribadi, kemudian berganti dengan kendaraan jeep atau hardtop yang telah disediakan.
Semakin dekat dengan tujuan, temperatur semakin dingin. Sehingga sangat disarankan kepada wisatawan untuk membawa perlengkapan baju hangat, jaket tebal dan sejenisnya. Sebenarnya temperatur dingin sudah dapat dirasakan di Gubugklakah -Poncokusumo. Apalagi di awal bulan Juni, suhu di sekitar Bromo sangat dingin dan menjadikan lautan pasir tertutup butiran es. Tentu bukan hanya ini pesona yang ditawarkan oleh keindahan Bromo. Masih banyak lagi sensasi yang membuat kita semakin mengagumi kebesaran Tuhan. Next, saya akan kembali, untuk mengupas kecantikan Bromo dan sekitarnya.
Keren…
Terima kasih ustadz Abunawas
Masya Allah. Tulisan yang panjang tetapi tidak membosankan. Terima kasih mbak Silvy. Saya baru sekali ke Bromo. Sudah berpuluh tahun yang lalu.
Monggo bunda, silahkan datang kembali, matur nuwun
Subhanalah indahnya alam Indonesia terutama Destinasi Di Kota Malang. Takjub. Saya baru satu kali ke Bromo. Semoga suatu saat dapat kembali mengunjungi Bromo. Terima kasih Mba Silvi, tulisan yang indah, panjang, dan runtut, enak di baca , saya ikut menikmati seperti sedang mengikuti perjalanan Mbak Silvi berwisata bersama Prof. Imam, dan Bapak Munali, Salam sehat selalu.
Terima kasih bunda Umi, sukses pula dengan launching website-nya
Waw, amazing
Sungguh indah mempesona
Tidak jemu memandang dan menikmati alam Indonesia
Memang indah dan tak membuat jemu
Keren banget tulisannya..
Siap ustadz Faozan, matur nuwun