LIMA OBAT HATI (6)
(Ahmad Said Matondang)
Keutamaan Thadarru’
Pada suatu malam di pelataran Ka’bah, Thawus bin Kisan mendapati Ali Zainal Abidin bermunajat kepada Allahswt. Dengan penuh pengharapan (tadharru’), terdengar Ali merendahkan dan menghinakan dirinya diiringi dengan deraian air mata bermohon agar Allah swt memberikan ampunan kepadanya.
Setelah Ali bin Husein menyelesaikan munajatnya, Thawus menghampirinya. Ia berkata, “Wahai cucu Rasulullah saw, mengapa engkau menangis seperti ini, sementara engkau memiliki tiga keistimewaan yang tak dipunyai orang lain. Pertama, engkau adalah cucu Rasulullah saw. Kedua, engkau akan mendapat syafaat dari Rasulullah saw. Dan ketiga, keluasan rahmat-Nya untukmu.”
Mendengar pernyataan Thawus itu, Ali menjelaskan kepadanya bahwa semuanya itu bukan jaminan ia akan mudah mendapatkannya. Beliau berkata, “Ketahuilah bahwa hubungan nasabku dengan Rasulullah, bukan jaminan keselamatanku di akhirat setelah aku mendengar firman Allah swt ‘Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya’.” (QS al-Mukminun [23]: 101).
Sedangkan syafaat Nabi SAW, maka Allah SWT berfirman, “Dan mereka tiada memberi syafaat, melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS al-Anbiya` [21]: 28). Dan terakhir, terkait rahmat-Nya, Allah berfirman, “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS al-A’raf [7]: 56).
Muhammadiyah Kebayoran Baru Jakarta
Enlightening For The Universe