Oleh : Imam Robandi (Akademisi di Surabaya)
Ada yang bertanya. Jawaban saya mudah saja, esok adalah satu Januari. Saya harus memulai dengan tulisan, agar menular semangatnya sampai akhir tahun. Dalam teori gerak lurus berubah beraturan, maka Vo adalah sangat vital. Memulai dengan beraras-aras, maka seterusnya juga tidak jauh berbeda.
Memang, pajak 12 persen adalah sandungan, tetapi sandungan yang paling berat adalah menghadapi semangat yang sering ‘kendor-kempis’. Apalagi sholat tahajud, bangun pagi subuh saja tidak mudah, padahal waktu subuh adalah mendekati angkasa ‘bangsumirat’, atau enjing-enjing.
Data disertasi sudah satu meja terkumpul, semua hasil load flow analysis sudah tersedia dari seluruh pembangkit Jawa-Bali, tetapi untuk menjadi satu tulisan walau hanya sekadar Q2 adalah tidak mudah. Pundak dan punggung rasanya tidak rela untuk berpindah dari bantal menuju keyboard laptop. Tetikus serasa selalu salah tekan, loncat sana, loncat sini, dan mata terasa sepet dan byar-pet. Sekolah estiga tidak terasa sudah masuk semester tujuh, beasiswa sudah habis. Ada juga legenda, baru semester empat sekolah doktor, tetapi ingin cepat diluluskan, dengan harus senyum sana, senyum sini. Sim salabim, ala kazam. Tidak ada yang tidak mudah di bumi pertiwi ini, kecuali menghalangi kemudahan itu sendiri, kata Yu Narni.
Berjanji ingin menulis banyak buku, Teh Wita akhirnya batal. Jangankan banyak buku, untuk separo buku saja dalam draft adalah tidak mudah. Katanya ingin menaik ke lektor kepala, cukup Sinta 1. Itupun tidak mudah jika pernak-pernik format tidak pernah disentuh.
Begitu juga, Kang Arjo sudah mulai menulis draft empat tahun lalu. Namanya saja draft, tanpa semangat Jawara, sampai ajal tiba draft tetap saja menjadi draft. Sekarang berjanji akan diterbitkan di tahun depan ini. Ah.., saya hanya tersenyum, seperti senyuman bakul esteh, esteh.
Ah.., janjinya ingin menulis artikel di koran, agar seperti orang-orang itu. Karena tahun ini adalah sangat sibuk. Saya juga tidak percaya, karena 2025 dia adalah semakin sibuk. Saya menawar, mbokyao janjinya digeser 2027 saja agar tidak salah janji.
Memang, semua banyak bercerita masa lalu. Saya pernah menulis buku, saya pernah menulis artikel di online. Pernah, oh pernah. Kata ‘pernah’ menjadi kata sakti untuk menyambung pergaulan.
Memang, semangat selalu menyimpan misteri. Jeju Air juga banyak pertanyaan, apa memang benar akibat srempetan dengan burung, kok ya di tepi jalur take off ada tembok. Apalagi pertanyaan seperti ini, pertanyaan fufufafa yang mudah saja belum tentu dapat dijawab sampai lima tahun ke depan. Bener kata Cak Sobleng, ah.. titipkan saja datanya di Rusia. Kata Ning Norma, menyimpan data kok jauh-jauh. Wong yang disimpan dekat saja belum tentu dibaca. Kok repot-repot disimpan, diberikan saja belum tentu disentuh.
Yu Partini juga semakin bingung, katanya ada profesor honoris causa. Ah Yu Partini sok tahu saja, ingin minta apa saja kalau ‘gono-gini’ nya pas dan cocok, ya simsalabim, jadilah. Ini zaman kolobendu. Zaman kolobendono nggeguyu lakak-lakak. Kata Ki Rangga, sujana kang sarjana kelu, kalulun kala tidha.
Surabaya, Dec. 31, 2024