Gempa bumi telah mengguncang sebagian wilayah Jepang, tepat di hari pertama pada tahun 2024. Menurut reportase yang ditulis oleh Mohamad Almas Prakasa, pada Senin, 1 Januari 2024 waktu setempat, Badan Meteorologi Jepang melaporkan kejadian gempa bumi dengan magnitudo sebesar M 7.5 yang berpusat di sekitar 42 km dari Timur Laut Anamizu, Prefektur Ishikawa. Titik gempa yang terjadi adalah berada di kedalaman 10 km. Gempa bumi pertama terjadi pada pukul 16.10 waktu setempat. Gempa bumi ini diikuti oleh dua gempa bumi susulan. Gempa bumi susulan pertama berpusat sekitar 4 km dari Barat Daya Anamizu sebesar M 6,2 di kedalaman 10 km pada 16.18 waktu setempat, sedangkan gempa bumi susulan kedua berpusat sekitar 58 km dari Timur Laut Anamizu sebesar M 5,2. Hingga reportase ini ditulis, telah tercatat sebanyak tujuh gempa bumi sebesar M 5,0 atau lebih di wilayah di lepas pantai Semenanjung Noto pada pukul 17.40, dan sembilan gempa bumi dilaporan dari seluruh Jepang.
Menurut Almas, beberapa media lokal di Prefektur Ishikawa, memberitakan bahwa pada siang hari itu korban meninggal dunia sebanyak 30 jiwa. Di samping itu, Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan tsunami untuk sepanjang wilayah pesisir barat di Jepang, sebagai akibat dari gempa bumi yang telah terjadi. Beberapa prefektur dengan tingkat siaga tertinggi, yaitu Ishikawa, Niigata, Toyama, dan Yamagata. Potensi tsunami diprediksikan setinggi 5 m mencapai daerah Noto di Prefektur Ishikawa. Laporan juga menyebutkan bahwa gelombang setinggi lebih dari 1,2 m telah mencapai Pelabuhan Wajima Semenanjung Noto di Ishikawa sekitar pukul 16.21 waktu setempat. Tsunami juga diprediksikan mencapai prefektur Fukui, Hyogo, Hokkaido, Aomori, Akita, Kyoto dan Tottori di sisi Laut Jepang, serta Kepulauan Oki, yang merupakan bagian dari Prefektur Shimane.
Kejadian ini tentu menjadi pengalaman yang sangat tidak terlupakan dan cukup mengkhawatirkan bagi beberapa mahasiswa penerima beasiswa Peningkatan Kualitas Publikasi Ilmiah (PKPI) PMDSU 2023, yang sedang menjalani program tersebut di berbagai wilayah di Jepang. Salah satu rekan Almas, merasakan dampak yang cukup serius, yaitu Frendy, mahasiswa dari S3 Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga, yang sedang melakukan program PKPI PMDSU 2023 di Niigata University, Prefektur Niigata. Sejak awal gempa bumi dilaporkan, Frendy langsung mengabari menggunakan sosial medianya. Alarm yang menandakan terjadinya gempa bumi, serta potensi terjadinya tsunami terus menerus berbunyi sepanjang sore hingga malam. Notifikasi dan alarm dari ponsel cerdas juga terus menerus melaporkan potensi gempa bumi susulan sebesar M 3 hingga M 4. Frendy juga melaporkan bahwa tempat ia sedang melaksakan PKPI PMDSU 2023 adalah tertutup oleh Pulau Sado yang terletak 50 km dari lepas Pantai Niigata, namun potensi tsunami muncul dari arah barat daya, yaitu Prefektur Ishikawa. Pada pukul 17.49, Frendy memberi kabar kepada Almas, bahwa seluruh mahasiswa Niigata University dihimbau untuk mengungsi di Lantai 7 pada gedung pemerintahan yang dijadikan tempat untuk pengungsian dan evakuasi.
Efek dari gempa bumi yang terjadi kemarin, juga dirasakan di Prefektur Tottori, daerah yang kurang lebih berjarak 300 km dari pusat gempa bumi yang terjadi. Notifikasi dari aplikasi “Anshin Toripy Navi Tottori Prefecture Disaster Prevention Navigation” terus berbunyi. Pada 16.10, dilaporkan bahwa gempa bumi dirasakan di wilayah Tottori bagian timur sebesar M 4 dan dirasakan pula di bagian pusat dan bagian barat Tottori sebesar M 3. Aplikasi tersebut juga telah menyebarkan himbauan untuk siaga evakuasi untuk beberapa wilayah di Prefektur Tottori, seperti Karo, Fukube Iwato, Sakenotsu, Ketaka, Hamamura, Yatsukami, Aoya dan Nagawase. Di samping itu, seluruh civitas akademika di Tottori University juga dihimbau untuk siaga jika terjadi gempa bumi atau tsunami. Di Dormitori Mahasiswa Internasional Tottori University, tempat Almas bertinggal, gempa bumi cukup terasa selama 5 hingga 10 menit. Sejak sore hari, para warga Indonesia melalui Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) wilayah Tottori saling memberi kabar dan memperingkatkan satu sama lain. Beberapa penduduk dari rumah pemerintah telah berkumpul di lapangan untuk melakukan evakuasi jika terjadi gempa bumi susulan. Gempa bumi kali ini tentu menjadi momen yang sangat menghawatirkan.
Almas dan semua rekan mahasiswa yang sedang menjalani study di Jepang merasa bersyukur, karena rencana dan skenario mitigasi bencana alam di Jepang sudah sangat terstruktur, sistematis, dan sangat jelas. Warga asing yang tinggal di Jepang mendapatkan informasi yang sama dengan dengan warga lokal. Penjelasan yang disampaikan melalui aplikasi sangat mudah dipahami secara universal. Saat Almas menulis reportase ini, rekannya di Niigata telah memberikan kabar pada pukul 01.52 bahwa tingkat siaga tsunami telah diturunkan. Pengungsi diperbolehkan pulang ke tempat tinggal masing-masing. Di Tottori, pukul 10.10 juga telah ada pengumuman tentang pencabutan perintah evakuasi tsunami, namun para penduduk diharapkan tetap waspada untuk gempa bumi susulan dan potensi tsunami hingga tanggal 25 Januari 2024. Semoga seluruh penduduk yang berada di Jepang diberikan keselamatan dan diberi lindugan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Manusia hanya dapat memprediksi dan memitigasi bencana alam yang terjadi dengan kemajuan teknologi, namun tiada bencana alam yang luput dari kuasa-Nya.
Kontributor : Mohamad Almas Prakasa (Mahasiswa S3 di Tottori University, Japan)