Ramadan adalah bulan pendidikan atau tarbiyah. Setiap mukmin yang menjalankan ibadah puasa, sejatinya diajak untuk melakukan pembelajaran untuk raga dan ruhaninya. Sebuah pembelajaran tentu akan berorientasi pada perubahan perilaku, serta peningkatan kualitas diri. Pembelajaran dalam berpuasa, tidak hanya sebatas untuk raga atau fisiknya, yaitu dengan menahan lapar dan dahaga. Lebih dari itu, Ramadan berkaitan pula dengan pembelajaran ruhani, yaitu pengendalian diri, dari nafsu dan amarah serta perilaku yang menyebabkan pembelajaran menjadi gagal. Oleh sebab itu, Allah memberikan kesempatan agar manusia dapat menjadi insan yang secara fisik dan rohani lebih baik dari sebelumnya, melalui bulan Ramadan. Ramadan hari kedua, kita dapat mengambil pelajaran dari kultum yang ditulis oleh ustadz Ahmad Said Matondang, pegiat pendidikan yang berpengalaman.
KEJAHATAN TERBURUK
(Ahmad Said Matondang)
Rasulullah saw:
وَ خَصْلَتَانِ لَا شَىْءَ اَخْبَثُ مِنْهُمَا الشِّرْكُ بِاللهِ وَالضُّرُّ بِالْمُسْلِمِيْنَ.
Dan dua hal yang tidak satupun yang dapat melebihi kejahatannya yaitu menyekutukan Allah dan menyengsarakan kaum muslim.
Ketika Firaun ditenggelamkan oleh Allah swt, Ia berteriak-teriak meminta pertolongan kepada Nabi Musa as. Nabi Musa as mengabaikan teriakan Firaun. Setelah Firaun tenggelam, Allah swt bertanya kepada Musa as, “Ya Musa mengapa engkau tidak menolong Firaun? Mengapa engkau mengabaikan teriakan Firaun?” Nabi Musa as menjawab, “Duhai Allah, bagaimana aku akan menolong makhlukmu yang durhaka kepada Mu dengan mengaku dirinya Tuhan dan selalu menyengsarakan hambaMu.
Allah swt berfirman, “Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang besar”. Bila mengakui sesuatu lebih mulia dan lebih agung dari Allah swt adalah syirik dan merupakan dosa yang sangat besar, apatah lagi bila seseorang mengakui dirinya sebagai Tuhan. Allah swt melaknat Firaun karena merasa dirinya sebagai Tuhan dan kezalimannya kepada manusia. Akan tetapi manusia tidak pernah belajar dari kisah yang telah Allah nukilkan di dalam Al-Quran. Bahkan Allah swt mensinyalir banyak manusia yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya.
Bulan Ramadhan mentarbiyah hambanya agar mampu menundukkan hawa nafsunya. Puasa yang diperintahkan Allah swt dalam rangka menundukkan nafsu kebinatangan dan syaithaniyah yang bersarang di dalam diri manusia. Oleh karena itu dengan berpuasa, Allah swt ingin mengembalikan fitrah kesucian manusia untuk tunduk kepada perintah Wahyu dibanding dengan tunduk kepada nafsu.
Muhammadiyah Kebayoran Baru Jakarta
Enlightening For The Universe