Ramadan sudah melewati sepuluh hari pertama. Sukacita dan bahagia tentu masih menyelimuti para mukmin yang melalui sepuluh hari puasa dengan imanan wahtisaban. Kebahagiaan ini belum tentu dirasakan oleh semua mukmin yang berpuasa. Karena dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thobroniy, dijelaskan bahwa banyak orang yang berpuasa, namun sesungguhnya dia tidak memperoleh dari puasanya tersebut, kecuali rasa lapar dan dahaga. Hal ini disebabkan oleh perilaku yang dilakukan, menyebabkan hilangnya pahala puasa, sehingga hanya memperoleh lapar dan dahaga saja. Oleh sebab itu ada baiknya kita lebih mawas diri, berhati-hati dalam setiap perilaku dan ucapan, terutama saat berpuasa. Melalui kultum yang ditulis oleh kyai Ahmad Said Matondang berikut ini, kita juga dapat mengambil pelajaran berharga. Serial akhir dari lima ibrah nabi semoga dapat menjadi pengingat diri untuk menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Foto : Ahmad Said Matondang

LIMA IBRAH SANG NABI (6)
(Ahmad Said Matondang)

Allah swt berfirman, Wahai NabiKu”

Ibrah peristiwa kelima adalah ketika engkau menemui tempat yang sangat bau dan menyengat itu adalah perumpamaan tempat yang dipenuhi dengan fitnah dan ghibah. Tempat fitnah dan ghibah adalah ibarat tempat yang dipenuhi dengan bangkai. Sukakah engkau memakan bangkai saudaramu sendiri?

Satu ketika seorang ulama memohon kepada Allah swt agar ditunjukkan kehidupan di alam barzakh. Tiba-tiba sang Ulama melihat di dalam rumahnya terbentang ruangan seperti bunker. Kemudian ia menyusuri lorong bunker hingga ia melihat seseorang di sebuat tempat yang sangat nyaman. Ia melihat sesorang itu memakai jubah dan mahkota dari emas. Bahkan singgasananya juga dari emas. Namun disaat yang sama seseorang itu didatangi ribuan lebah yang diperintahkan Allah untuk menyengat lidah dan mulutnya. Tentu saja seseorang itu berteriak dengan sangat kesakitan.

Sang Ulama bertanya, “Wahai hamba Allah, apakah gerangan yang terjadi, sehingga engkau mendapatkan ganjaran seperti itu”.. Dengan izin Allah seseorang itu menjawab, “Wahai hamba Allah, semasa aku hidup di dunia, aku senang menolong orang-orang yang kesusahan. Oleh karena itu Allah memberikan jubah, mahkota dan singgasana dari emas. Namun aku pernah menyukai seseorang wanita, namun ia menolak lamaranku sehingga aku sebarkan fitnah tentang keburukan wanita itu. Akhirnya fitnah terhadap wanita itu juga menjadi bahan ghibah dan gunjingan di masyarakat. Hingga akhirnya ajal menjemputku sehingga Allah membalas firnah yang aku sebarkan dengan mendatangkan ribuan lebah untuk menyengat lidah dan mulutku. Inilah keadilan Allah atas segala perbuatanku.

Muhammadiyah Kebayoran Baru Jakarta
Enlightening For The Universe

By Silvilink

Welcome to my personal website. I am Silvi, a teacher at Muhammadiyah Vocational School in Malang Regency. I have a passion for education, traveling, exploring unique places, and cuisine. I also enjoy writing articles in the newspaper and have written several textbooks and anthology books. I hope you will find the uniqueness, beauty, and benefits within my website. Thank you

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *